Sabtu, 29 September 2012

FISIP UNWIRA KUPANG GELAR KULIAH UMUM

FISIP UNWIRA KUPANG GELAR KULIAH UMUM
Oleh : PiusApenobe
 
Jumad (30/04), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik - Universitas Katolik Widya Mandira Kupang, gelar kuliah umum, dengan pembicara wakil pemred Kompas – Bapak Trias Kuncahwono, di aula Fisip Unwira Kupang.
 
Sekitar empat ratus mahasiswa dari tiga jurusan, beberapa dosen, hadir pula Rektor Unwira – Bapak Pater Dr. Yulis Yasinyo, SVD. Perkuliahan baru dimulai sekitar pukul 10:00 WIT.
 
Sesuai tema, “filosofi pengelolaan Surat Kabar”, Trias awalnya sangat berterimakasih pada seluruh warga masyarakat NTT, karena begitu banyak masyarakat telah menerima dengan baik, kehadiran kompas. Menjelang ulang tahun kompas ke 45 – 8 juni yang akan datang, kompas sedang mencari karyawan tambahan, sekitar dua belas orang. Namun untuk menjadi wartawan kompas itu tidak mudah, karena harus benar-benar mendalami filosofinya kompas, yakni “humanisme transendental”, tambahnya. Trias mengawali dengan sejarah kompas. Kompas yang diberi nama oleh mantan Presiden Soekarno, yang berarti menuju arah. Bagaimana mengemas informasi, menyuarakan bagi yang tidak bisa bersuara. Sehingga kompas selalu menginformasikan, segala yang berkaitan dengan manusia, tegasnya.
 
Hal serupa disampaikan oleh Manager SDM-Kompas, Mas Didit. Didit mengatakan, kompas adalah institusi yang dapat memberikan pencerahan yang harmonis. Dan juga hal-hal yang membuat kompas dapat bertahan sampai sekarang, adalah : Kepedulian, dimana adanya perfomance karya, yang dilakukan enam bulan sekali. Punya intensitas, yang berawal dari kejujuran. Kompoten atau profesional, tidak membedakan jabatan, misalnya uang makan Rp.17 500/orang (mulai dari pemred sampai ofice boy). Kerja sama, dimana adanya kerja sama yang baik antara semua, baik karyawan sampai pemred. Dan yang terpenting adalah pelayanan yang memuaskan bagi konsumen, tambahnya. Didit menambahkan, mengenai syarat-syarat menjadi wartawan kompas. Diantaranya pengetahuan, perilaku-yang merupakan syarat yang paling utama, dan skill/ketrampilan-mulai dari penguasaan bahasa,komputer, dan internet.tambahnya.
 
Dari penjelasan baik Trias maupun Didit, muncul pertanyaan dari beberapa mahasiswa. Kebanyakan menanyakan menganai perbedaan kompas dengan surat kabar lain, dan juga bukti nyata kompas menyuarakan bagi yang tidak bisa bersuara. Trias mengatakan bahwa, sudah terlalu banyak Koran yang jatuh pailit, karena tidak menghargai etensitas waktu dengan baik. Kemudian hal yang membedakan kompas dengan surat kabar lain adalah, kompas tidak memberitan hal – hal yang bersifat sebentar, tetapi lebih pada tingkat pencerahan bagi yang membecanya. Tegasnya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar