Sabtu, 22 September 2012

AKTIVIS DAN PARA PEMBANGKANG



AKTIVIS DAN PARA PEMBANGKANG
Oleh Pius Apenobe

Perputaran catur politik dunia, mengguncang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Masifnya perang urat syaraf yang mengglobal, menjadi tantangan terbesar negara-negara dunia ketiga dalam sikon yang serba ketinggalan. Marak terjadi perpeloncoan para politisi dunia demi kepentingan roh kekeuasaan. Hal ini akan menimbulkan banyak pertanyaan “kemanakah arah negara-negara berkembang harus berjalan?”.
Sebuah tanya dalam sIstem yang sedang diselimuti oleh sIstem kapitalis barat yang kini membalut tubuh Indonesia akan terus berlanjut apabila rakyat masih punya ketergantungan pengetahuan dan teknologi kepada negara-negara barat, yang sebenarnya merupakan ancaman terbesar menuju kesejahteraan sosial masyarakat. Persaingan ilmu pengetahuan dan teknologi yang melatarbelakangi perebutan kekuasaan, melalui system balas budi para pemimpin negara, menjadikan Indonesia terusmelaju menjadi Negara sasaran empuk bagi negara-negara industri yang menganut system kapitalisme.
Cara berpikir dan bertindak manusia saat ini, tentu berbeda dengan cara berikirindividu manusia sejak zaman teologis, yang masih sangat kental dengan paham animisme. Kehidupan masyarakat yang saat itu sangat terikat dengan system feodalisme yang dampaknya sampai harus berpindah-pindah mencari secuil makanan demi kelangsungan hidupnya, ternyata masih terbawa hingga saat ini. Dari zaman feodal, kolonial, kemerdekaan sampai saat ini, kehidupan masyarakat Indonesia masih terhimpit dan terbelenggu tembok pemisah antara kaya dengan miskin dalam regulasi politik busuk para penguasa. Kemelaratan yang merupakan ketidakadilan social masyarakat akhirnya melahirkan perlawanan terhadap system yang dibangun pemerintah saat ini yakni neo-liberalisme. Perlawanan mahasiswa dalam tugasnya sebagai actor of canges melawan gangster of imperialism sejak tahun 66, menuai banyak tanya antara benar dan salah dikalangan masyarakat sosial. Rakyat bingung memilih antara aktivis mahasiswa dengan ideology sosialis demokratis dan pemerintah dengan neo-liberalismenya. Namun perjuangan aktivis mahasiswa kini bertolak dari tersentralnya system neo-liberalisme pemerintah yang selalu menghambah pada modal asing yang gagal menegakan moral bangsa yang demokratis, berdaulat social dan mandiri secara ekonomi menuai banyak kemajuan. Melalui strategi taktik perjuangan mahasiswa ini, rakyat diberi pendidikan politik dengan baik.
Perjuangan aktivis mahasiswa juga menuai banyak tanya dalam masyarakat yang masih sangat minim pengetahuan tentang program perjuangan menuju keadilan sosial. Dengan keadaan masyarakat sosial yang lebih melihat dari sudut moral pada berbagai taktik perjuangan, sebenarnya sangat cocok dan sesuai apabila dijelaskan. Kian banyak politisi yang secara langsung menentang perjuangan aktivis mahasiswa dengan mengatakan “demonstrasi itu tidak bermoral, sedangkan yang bermoral adalah mahasiswa yang tunduk pada keputusan pemerintah dan harus kuliah agar cepat dapat kerja”. Sebagian masyarakat menilai bahwa politisi yang rajin ketempat ibadah adalah politisi yang bermoral. Akan tetapi hal ini perlu dianalisa lebih dalam.
Kira – kira rakyat lebih senang pada politisi yang rajin beribadah tetapi busuknya perilaku dibalik itu serta minimnya pengetahuan/perjuangan perlawanan terhadap system kapitalisme ataukah rakyat lebih memilih pada ideology para aktivis yang inginkan keadilan social pada masyarakat??. Masyarkat harus punya pemahaman tentang buruknya system kapitalisme yang mengakibatnya hancurnya perekonomian bangsa ini.
Salam penulis   Pius Apenobe -> Mahasiswa jurusan ilmu komunikasi FISIP UNWIRA    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar