PESAN
DARI ALAM
Rabu 14 April 2010
PiusApenobe
Mungkinkah…..???
Berangkat dari sebuah kalimat kuno dan sederhana, “kumelangkah
maju dengan pelan membawa berita akan keindahan dan kekayaan alamku, sebagai
wujud kepedulian dan perjuangan untuk terus mempertahankannya”. Disana
kutemukan begitu banyak kekayaan alam, begitu indahnya senyuman yang diberikan oleh alam. Dibalik
senyumnya yang kian mempesona, memberiku sebuah pesan yang sederhana bahwa aku
harus terus melindunginya dari segala macam bentuk vandalisme yang kian
merusaknya. Disana kutemukan berbagai macam kekayaan yang dimiliki, begitu luas
terbentang belantara yang tersentuh olehku ingin menjadikannya rumah tempatku berlindung.
Banyak kekayaan yang seharusnya terus aku lindungi, terus aku bela dari
gangguan yang datang mengganggu, yang terus datang mengeruknya hanya untuk
kepentingan dirinya sendiri. Memang banyak ditemukan kejanggalan-kejanggalan oleh
manusia sehingga mengakibatkan merusak tatanan alam yang sudah dibentuk sejak
dahulu kala. Mungkinkah hal ini akan terus dibiarkan???
Apa yang terjadi…???
Disebuah desa kecil, Oeltua namanya, tepat tanggal 10
April 2010. MAPALA (mahasiswa pencinta alam) jurusan ilmu komunikasi – Fisip –
Unwira Kupang, melaksanakan kemah perdananya.
Melaju dengan cepat bus yang kami tumpangi, hingga
sampailah pada tempat dimana kami harus turun dari bus dan melanjutkan
perjalanan dengan jalan kaki menuju tempat tujuan. Kesusuri lorong, kudaki
bukit yang tajam dengan berbagai perlengkapan petualanganku, akhirnya sampai
dengan selamat pada sebuah tempat yang biasa disebut Embung (tempat penampungan
air) yang dibuat atas kerja sama Indonesia dengan Jepang pada tahun 1997.
Disitu menjadi tempat kami harus berkemah. Sungguh menjadi pengalaman yang
sangat menarik, betapa tidak??. Letaknya yang agak ketinggian membuat hampir
seluruh kota kupang dapat terlihat dengan jelas. Kebersamaan tercermin dari berbagai
macam tindakan kami. Alam yang indah, hutan belantara terlihat disepanjang
perjalanan, kicauan burung seolah-olah mengajakku bernyanyi, suasana yang damai
pun terasa.
Perjalanan kira-kira telan waktu satu jam lebih,
akhirnya sampailah pada tempat itu. Mengingat hari sudah semakin sore kami segera
menjalankan tugas yang sudah kami bagi sebelumnya. Dari Sembilan orang yakni
delapan orang mahasiswa (pendiri) dan seorang Dosen (pencetus), ada yang pergi
mencari kayu bakar, ada pula yang mendirikan tenda tempat untuk istirahat nanti
malam. Setelah semuanya mantap sekitar pukul 18:00 WIT, kegiatan terus berlanjut
yakni diskusi bersama. Mengingat hari semakin malam, sementara berdiskusi sementara
ada yang harus masak karena harus makan malam nanti.
Berbagai jenis minuman hapir ada sore itu, dari
energen, ABC moca, neskafe, kopi tuguh buaya, dan lain sebagainya. Sungguh
nikmat ditambah rokok dengan asap yang mengepul, terasa seakan-akan berada di surga,
istilahnya ada asap pasti ada ide. Disamping pagar pipa bercat biru muda, dibawah
tenda biru, diskusi berlanjut mulai dari pemilihan ketua, pembuatan program
kerja kedepan, dan lainnya seperti bendera, lagu mars, dan yang lainnya. Tiba
pukul 20:00 masakan sudah siap, tapi diskusinya belum selesai, namun kampung
tengah alias perut sudah ngamuk, artinya harus makan. Nasi putih, sambel goreng
pedas, ikan kering goreng, mie kua, wah……memang sungguh sangat enak. Diskusi
berhenti sebentar karena harus makan malam.
Perut kenyang, pikiran tenang. Kembali setelah makan
malam, diskusi berlanjut hingga selesai. Malam semakin larut, suara jengkrik
terus bergumam mewarnai indahnya malam itu. Kembali lagi kami harus
bersama-sama berdiri berpegangan tangan mengelilingi api unggung sambil
bernyanyi lagu mars yang telah diputuskan bersama, diiringi sebuah gitar tua. Malam
semakin dingin, kabut mengelilingi tempat itu, hingga suasana benar-benar damai.
Gelap gulita mengelilingi kami yang hanya dengan satu buah lampu pelita. Namun
itu tidak membuat kami gentar menghadapinya tapi kami terbawa dan benar-benar
merasakan damainya malam itu.
Kami mahasiswa pencita alam slalu satu dalam kebersamaan,
kuangkat bendera lalu kibarkan, melawan segala bentuk vandalisme. Kira-kira
begitulah sedikit bunyi dari sebagian ayat lagu yang kami nyanyikan. Samapi
pukul satu pagi selesailah sudah diskusi dan perencanaan program-programnya.
Tidur pulas, berselimut kain sepotong, beralaskan terpal, bantal yang hanya
dari tas. Damai, nyaman, tenang, sunyi, tak terdengar bunyian seperti biasanya
di kota, seperti motor balapan, music yang keras dan lainnya. Tempat itu memang
agak jauh dari perkampungan sehingga suasana benar-benar tenang.
Bangun……bangun….. panggil seorang teman
membangunkan teman lainnya, ketika pagi datang. Karena ketertarikan pada
indahnya pemandangan saat matahari terbit, setelah bangun kami berpose bersama.
Memang betul-betul menyenangkan bangun dengan keadaan muka yang serba masih ngantuk
karena mete tadi malam, langsung berhadapan dengan api yang sudah ada.
Pukul 06:00 kabut mengelilingi kami, hampir dari
segala penjuru tidak bisa terlihat. Aneh tapi nyata, kabut bisa ada di kupang
yang begitu panas, dan merasakannya langsung menjadi sebuah pengalaman yang
menarik.
Berpose bersama menikmati indahnya alam, sambil
menyiapkan hidangan pagi itu. Tidak berbeda menu yang disiapkan hanya dari nasi
puti, ikan goreng campur tomat, mie pengganti sayur. Tepat pukul 08:30 semuanya
siap untuk dihidangkan, sambil menikmati hidangan. Setelah selesai kami harus
berkemas untuk siap pulang, jalan meninggalkan tempat itu. Waktu menunjukan
pukul 09:00, semuanya siap untuk berangkat pulang. Namun sebelum pulang kami
bersama berdiri membentuk lingkaran merenung kembali tapak demi tapak
perjalanan, segala aktivitas yang barusan kami lewati bersama, segala doa dan
ucapan sebagai tanda terimakasih terus kami lontarkan terutama pada Yang Maha
Pencipta yang telah menciptakan begitu sempurna, begitu indah segala apa yang
ada di muka bumi ini.
Melangkah dengan pelan, penuh semangat membawa segala
pengalaman manarik menjadi kenangan tersendiri buat kami yang telah menyelesaikan
segala keinginan. Perjalanan pulang hingga sampai di rumah kami masing-masing,
seperti biasanya melawati hutan belantara yang begitu elok dipandang, akhirnya
tibalah pada rumah kami masing-masing sekitar pukul 10:30. Bus yang sama kami
tumpangi, melewati jalur arah Baomata menuju rumah kami. Semangat yang dibawah
begitu besar, ada banyak pengalaman yang menarik, karena harus berkumpul dengan
delapan orang yang berwatak, berbudaya berbeda-beda. Pengalaman pun beda, dan
masing baynak lainnya.
Apakah Cuma itu…..???
Pesan yang dibawakan begitu banyak, intinya buat
semua makluk yang ada dibumi ini teruslah berusaha mencintai segalah bentuk
kehidupan, sayangilah sesamamu, hormatilah alam, karena sesungguhnya kita tidak
bisa hidup terlepas dari alam itu sendiri.
Mari semua
Maju bersama
Tolak segala
vandalisme
Alam tercita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar