25 April jam 17:02
Menanti Janji Frans Salem
DARI PELANTIKAN SEKRETARIS DAEREAH NTT
oleh Pius Apenobe
Jum’at (16/04), bertempat di Aula Eltari Kantor Gubernur Nusa Tenggara
Timur Berlangsung acara pangambilan sumpah dan pelantikan Sekretaris
Daerah NTT Frans Salem, SH. Msi
Jabatan Sekda NTT yang sempat
lowong beberapa bulan akhirnya kembali terisi setelah kemarin di
lakukan acara pengambilan sumpah dan pelantikan Frans Salem,SH Msi
sebagi sekda NTT yang baru menggantikan Dr.Ir Djamin Habid.MM
Pelantikan Frans Salem dilakukan langsung oleh Gubernur Fran Lebu Raya
dan di hadiri para pejabat struktural lingkup Pemerintah Propinsi.
Hadir pula dalam acara tersebut Anggota DPD RI Paul Liyanto, Ketua dan
segenap anggota DPRD Propinsi NTT. Acara diawali dengan pembacaan Surat
Keputusan Presiden RI oleh Asisten Administrasi NTT, Ir Ans Takalapeta
Selanjutnya diadakan pengambilan sumpah jabatan dan palantikan oleh
Gfubernur Frans Lebu Raya. Dalam sambutannya, Lebu Raya menekankan pada
besarnya peran yang akan diemban oleh seorang Sekretaris Daerah dalam
mengakomodir seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) lingkup
Pemerintah Propinsi dalam melaksanakan pelayanan yang optimal kepada
masyarakat.
Berbagai persoalan saat ini sedang mendekap daerah ini
seperti tingkat pengangguran yang tinggi, kesenjangan besar yang
terjadi antara daera-daerah di NTT khususnya dalam hal sumber daya
manusia dan pertumbuhan ekonomi. Menyikapi hal tersebut, pemerintah
wajib untuk merumuskan sekaligus mengimplementasikan sejumlah program
yang relevan dengan persoalan dimaksud. Hal ini menuntut kinerja yang
efektif dari segenap komponen daerah termasuk sekretaris daerah.
Lebih lanjut Gubernur mengharapkan Sekda yang baru agar mampu
menyamakan persepsi dan bekerja sama dengan seluruh SKPD lingkup
pemerintah provinsi NTT untuk menggali sumber daya yang dimiliki daerah
serta menggerakan seluruh rakyat NTT untuk bersama membangun daerah
ini. Selain itu perlu juga dilakukan koordinasi yang lebih serius
dengan pemerintah Kabupaten/Kota diseluruh NTT untuk menggeloreakan
semangat kebersamaan.
Kepada wartawan usai pelantikan, Frans Salem
berjanji akan melaksanakan apa akan ditugaskan oleh Gubernur Frans Lebu
Raya. Salem juga berjanji akan menegakkan disiplin kepada para pegawai
negri sipil melalui penataan penertiban para PNS.Demi meningkatkan
kapasitas aparatur pemerintahan, maka harus dilakukan upaya-upaya
peningkatan kapasitas dengan melaksanakan tugas belajar bagi PNS serta
pemberian beasiswa untuk studi dokter hewan.
Selain itu, Salem juga
berjanji akan melakukan penertiban terhadap seluruh aset daerah yang
berpotensi pada peningkatan pendapatan asli daerah. ” Dalam hal
penertiban aset, maka tahun 2011 akan ditetapkan sebagai tahun
penertiban aset, mulai dari pencatatn, pengelolaan sampai
pendistribusian. Dimana pemerintah akan melakukan koordinasi dengan
BPKP untuk lakukan pencatatan aset milik daerah ini sehingga
benar-benar terdata secara baik, dan Sekda akan kontrol itu”, tegas
Frans Salem..
Sabtu, 29 September 2012
PERNYATAAN SIKAP
PERNYATAAN SIKAP
LIGA MAHASISWA
NASIONAL UNTUK DEMOKRASI (LMND) EKSKOT KUPANG
20 mei 2010
Moment hari Kengkitan
Nasional……………
Bangkit!!!!!!!!! Satukan
gumam.
Bangun persatuan rakyat.
Hancurkan neoliberalisme.
Salam
persatuan pembebasan………….
Sering kita dengar, terjadi
berbagai bentuk penyimpangan, baik dilakukan oleh Pemerintah Pusat maupun Daerah.
Yang mana hanya menjadikan kesengsaraan dan penderitaan, terus menumpuk bagi
rakyat tertindas. Rakyat selalu menjadi korban dari system yang dijalankan. Dalam dunia pendidikan misalnya, dimana dengan hadirnya neoliberalisasi akan
pendidikan. Kebijakan pendidikan nasional, mengabdi pada kepentingan kapitalis.
Hal ini dibenarkan pemerintah, bagi praktek komersialisasi pendidikan untuk
mencari keuntungan. Hal tersebut diatur PP No. 60 dan 61 tentang BHMN. Pepres
No 77 tahun 2007 tentang liberalisasi pendidikan, yang mana penguasaan saham
bagi pemodal pada semua satuan pendidikan sampai 49%. Juga UU BHP No. 9 tahun
2009, walaupun pada kamis (01/02/2010), MK mengeluarkan putusan tentang
pembatalan pemberlakuannya, kerena dianggap bertentangan dengan UU 45 pasal 33.
Namun SBY-Boediono, mau menggagas perpu sebagai penggantinya. Dampak buruk
memang sedang kita rasakan, dimana mutu pendidikan NTT, mengalami kemerosotan drastis.
Sebagian besar dari siswa putus sekolah, karena tidak mampu mengakses biaya
pendidikan, yang kian mahalnya. Bahkan tercatat, lebih dari 40 000. 30 000nya
berada pada tingkat SLTP, dan 10 000nya berasal dari tingkat SD.
Sedangkan dalam bidang ketenagakerjaan,
secara nasionalnya bahwa kaum buruh hidup dalam kondisi terjajah neolib.
Terjadi PHK sepihak, system kontrak dan outsorcing,
ketiadaan jaminan sosial, keselamatan kerja, kekerasan, pelecehan, dll. SBY
dan Boediono yang sebagai antek-anteknya modal asing, telah dan akan mencabut
jaminan social, pemotongan upah kerja buruh dan rakyat miskin, menaikan pajak
untuk kepentingan melipatgandakan keuntungan pengusaha buruh, sebagian industir
nasional yang telah ditutup sebab persoalan pasar. Bahan baku, dan liberalisasi
ekonomi, industry tekstil, pada tahun 2008 tercatat 55 pabrik tutup dan 59. 762
orang ter-PHK. Bahkan di NTT, 2007 tercatat 40 000 menerima upah bulanan
dibawah upah minimum provinsi. Dari 80 000 buruh, 50%nya hak-hak mereka
diabaikan. Demikian penghancuran industry daerah (PT. Semen Kupang), diserahkan
ke tangan asing serta mem-PHKkan buruhnya.
Kemudian dalam bidang ekonomi, ketergantungan
Indonesia terhadap impor malah kian besar akibat sektor produksi di dalam
negeri gagal. Kenapa gagal, karena investasi mandek. Jadi, ini sinyal bahwa
ekonomi kita sekarang ini amat parah. Penyaluran kredit yang sebagian besar
jatuh ke sektor konsumtif juga menjadi sumber kerapuhan ekonomi nasional.
Sebab, sektor konsumsi justru telanjur dikuasai asing. Perbaikan ekonomi yang
berujung pada pengentasan kemiskinan tak bisa hanya mengandalkan kebijakan yang
berorientasi pasar dan investasi asing. Itu berarti, pelan tapi pasti kita
harus menumbuhkan kekuatan sendiri dalam mengelola ekonomi kita. Bayang-bayang krisis
akan nampak jelas, jika memperhatikan gejolak kenaikan harga-harga kebutuhan
pokok rakyat, yang dibarengi dengan jatuhnya daya beli mereka secara
signifikan. Di tahun 2007 rata-rata kenaikan UMP hanya sebesar 9,3%, sehingga
tidak sanggup mengejar kenaikan harga barang dan jasa yang melonjak karena
inflasi selama semester I tahun 2007 sebesar 6,8 %. Untuk sektor pertanian,
hasil pemantauan harga-harga perdesaan Badan Pusat Statistik (BPS) pada 23
Provinsi di Indonesia dalam bulan April 2007, menunjukkan Nilai Tukar Petani
(NTP) secara nasional mengalami penurunan sebesar 3,22 persen dibanding NTP
Maret 2007. Ketika kita ingin
menyekolahkan anak di tingkat SMP dan SMA. Biaya yang dikeluarkan tentu lebih
tinggi. Kira-kira 500 sampai 1 juta rupiah harus disediakan orangtua pada saat
penerimaan siswa baru. Uang sebesar itu tentu tidak terasa besar bagi mereka
yang berpenghasilan rutin dengan jumlah jutaan rupiah. Namun bagi mereka yang
tidak punya penghasilan tetap tentunya uang sejumlah itu akan sangat membebani
hidup. Bayangkan saja, untuk biaya makan sehari-hari saja sudah susah apalagi
harus menanggung biaya sekolah yang tidak sedikit. Nusa Tenggara Timur (NTT) yang merupakan
salah atu dari 4 propinsi termiskin di Indonesia, dan predikat ini mungkin dapat
kita pakai sebagai titik tolak untuk melihat secara umum kondisi-kondisi
objektif yang telah mengkondisikan NTT sebagai propinsi termiskin ini. Dari 4,6
juta lebih jumlah masyarakatnya, jumalah mayoritasnya adalah masyarakat miskin
dengan pendapatan yang rendah dan hanya cukup untuk konsumsi harian. Tingkat
pendapatan ini tidak cukup untuk pemenuhan kebutuhan mendasar lainnya seperti,
pendidikan, kesehatan, energi dan perumahan layak. Program propinsi koperasi
yang dicanangkan rezim lokal, dalam beberapa kajian empiris menunjukkan bahwa
terdapat permasalahan umum koperasi yakni: pertama,
keterbatasan akses terhadap sumber-sumber permbiayaan dan permodalan,
keterbatasan penguasaan teknologi dan informasi, keterbatasan akses pasar,
keterbatasan organisasi dan pengelolaannya. Kerenanya, komitmen keberpihakan
pemerintah pada koperasi harus dibangun dalam perspektif ekonomi kerakyatan dan
benar-benar mengupayakan mengatasi masalah-masalah yang ada. Kedua, program pengembangan koperasi
sebagai langkah penguatan ekonomi rakyat membutuhkan program-program
operasional di tingkat bawah, bukan sekedar jargon-jargon politik yang hanya
berada pada tataran konsep. Program pembangunan ekonomi rakyat melaui koperasi
memerlukan aplikasi yang sifat atau berbasisnya adalah ekonomi domestic.
Dimana, koperasi memiliki kesesuaiannya dengan karakteristik ekonomi suatu
wilayah dimana koperasi digerakan. Atau syaratnya ialah ‘regionalisasi’
koperasi yakni pengembangan koperasi yang terintegrasi kesatuan potensi,
keunggulan, peluang, dan karakter sosial budaya. Ketiga, berkaitan dengan problem koperasi di perdesaan NTT tidak
mnunjukan berkembang karena minimnya dukungan pemerintah dalam hal
memfalilitasi pasar bagi anggota koperasi. Koperasi-koperasi stagnan/mati
karena tidak memiliki aksesibilitas pada pasar. Ataupun, ketika memasuki pasar
pembeli hasil produksi masyarakat yang dikelola melaui koperasi –dengan/tanpa
dukungan kelembagaan yang memadai—selalu mendapatkan posisi tawar lemah.
Maka
dari itu, kami dari Liga Mahasiswa Nasional Untuk Demokrasi Ekskot Kupang menyatakan sikap:
1.
Pemerintahan
SBY-Boediono harus bertanggung-jawab sepenuhnya, karena dua periode masa
jabatannya justru memukul mundur kemajuan bangsa ini. Kita menyatakan, bahwa
SBY bukan presiden RI, melainkan gubernur Jenderal Amerika Serikat di
Indonesia.
2.
Penghapusan
Pepres No 77 tahun 2007 tentang liberalisasi pendidikan, karena hanya akan membenarkan praktek komersialisasi pendidikan bagi
pemerintah untuk mencari keuntungan.
3.
Mogok kerja adalah hak kaum buruh,
dimana merupakan senjata buruh dalam berhadapan dengan pemilik modal maupun
rezim neoliberal. Untuk itu, kami mendukung sepenuhnya aksi-aksi mogok kerja
yang dilakukan oleh kaum buruh di Indonesia, termasuk pemogokan di NTT.
4.
Hentikan
Penutupan pabrik semen kupang, karena hal ini merupakan cara yang keliru oleh
pemerintah NTT, karena hanya akan menambah jumlah pengangguran. Dan tuntutan
untuk pengambilalihan kembali PT Semen Kupang dari cengkraman kapitalis asing.
5.
Komitmen
keberpihakan pemerintah NTT pada koperasi harus dibangun dalam perspektif
ekonomi kerakyatan dan benar-benar mengupayakan mengatasi masalah-masalah yang
ada. Karena sesungguhnya program pengembangan koperasi sebagai langkah
penguatan ekonomi rakyat membutuhkan program-program operasional di tingkat
bawah, bukan sekedar jargon-jargon politik yang hanya berada pada tataran
konsep.
|
PESAN DARI ALAM
PESAN
DARI ALAM
Rabu 14 April 2010
PiusApenobe
Mungkinkah…..???
Berangkat dari sebuah kalimat kuno dan sederhana, “kumelangkah
maju dengan pelan membawa berita akan keindahan dan kekayaan alamku, sebagai
wujud kepedulian dan perjuangan untuk terus mempertahankannya”. Disana
kutemukan begitu banyak kekayaan alam, begitu indahnya senyuman yang diberikan oleh alam. Dibalik
senyumnya yang kian mempesona, memberiku sebuah pesan yang sederhana bahwa aku
harus terus melindunginya dari segala macam bentuk vandalisme yang kian
merusaknya. Disana kutemukan berbagai macam kekayaan yang dimiliki, begitu luas
terbentang belantara yang tersentuh olehku ingin menjadikannya rumah tempatku berlindung.
Banyak kekayaan yang seharusnya terus aku lindungi, terus aku bela dari
gangguan yang datang mengganggu, yang terus datang mengeruknya hanya untuk
kepentingan dirinya sendiri. Memang banyak ditemukan kejanggalan-kejanggalan oleh
manusia sehingga mengakibatkan merusak tatanan alam yang sudah dibentuk sejak
dahulu kala. Mungkinkah hal ini akan terus dibiarkan???
Apa yang terjadi…???
Disebuah desa kecil, Oeltua namanya, tepat tanggal 10
April 2010. MAPALA (mahasiswa pencinta alam) jurusan ilmu komunikasi – Fisip –
Unwira Kupang, melaksanakan kemah perdananya.
Melaju dengan cepat bus yang kami tumpangi, hingga
sampailah pada tempat dimana kami harus turun dari bus dan melanjutkan
perjalanan dengan jalan kaki menuju tempat tujuan. Kesusuri lorong, kudaki
bukit yang tajam dengan berbagai perlengkapan petualanganku, akhirnya sampai
dengan selamat pada sebuah tempat yang biasa disebut Embung (tempat penampungan
air) yang dibuat atas kerja sama Indonesia dengan Jepang pada tahun 1997.
Disitu menjadi tempat kami harus berkemah. Sungguh menjadi pengalaman yang
sangat menarik, betapa tidak??. Letaknya yang agak ketinggian membuat hampir
seluruh kota kupang dapat terlihat dengan jelas. Kebersamaan tercermin dari berbagai
macam tindakan kami. Alam yang indah, hutan belantara terlihat disepanjang
perjalanan, kicauan burung seolah-olah mengajakku bernyanyi, suasana yang damai
pun terasa.
Perjalanan kira-kira telan waktu satu jam lebih,
akhirnya sampailah pada tempat itu. Mengingat hari sudah semakin sore kami segera
menjalankan tugas yang sudah kami bagi sebelumnya. Dari Sembilan orang yakni
delapan orang mahasiswa (pendiri) dan seorang Dosen (pencetus), ada yang pergi
mencari kayu bakar, ada pula yang mendirikan tenda tempat untuk istirahat nanti
malam. Setelah semuanya mantap sekitar pukul 18:00 WIT, kegiatan terus berlanjut
yakni diskusi bersama. Mengingat hari semakin malam, sementara berdiskusi sementara
ada yang harus masak karena harus makan malam nanti.
Berbagai jenis minuman hapir ada sore itu, dari
energen, ABC moca, neskafe, kopi tuguh buaya, dan lain sebagainya. Sungguh
nikmat ditambah rokok dengan asap yang mengepul, terasa seakan-akan berada di surga,
istilahnya ada asap pasti ada ide. Disamping pagar pipa bercat biru muda, dibawah
tenda biru, diskusi berlanjut mulai dari pemilihan ketua, pembuatan program
kerja kedepan, dan lainnya seperti bendera, lagu mars, dan yang lainnya. Tiba
pukul 20:00 masakan sudah siap, tapi diskusinya belum selesai, namun kampung
tengah alias perut sudah ngamuk, artinya harus makan. Nasi putih, sambel goreng
pedas, ikan kering goreng, mie kua, wah……memang sungguh sangat enak. Diskusi
berhenti sebentar karena harus makan malam.
Perut kenyang, pikiran tenang. Kembali setelah makan
malam, diskusi berlanjut hingga selesai. Malam semakin larut, suara jengkrik
terus bergumam mewarnai indahnya malam itu. Kembali lagi kami harus
bersama-sama berdiri berpegangan tangan mengelilingi api unggung sambil
bernyanyi lagu mars yang telah diputuskan bersama, diiringi sebuah gitar tua. Malam
semakin dingin, kabut mengelilingi tempat itu, hingga suasana benar-benar damai.
Gelap gulita mengelilingi kami yang hanya dengan satu buah lampu pelita. Namun
itu tidak membuat kami gentar menghadapinya tapi kami terbawa dan benar-benar
merasakan damainya malam itu.
Kami mahasiswa pencita alam slalu satu dalam kebersamaan,
kuangkat bendera lalu kibarkan, melawan segala bentuk vandalisme. Kira-kira
begitulah sedikit bunyi dari sebagian ayat lagu yang kami nyanyikan. Samapi
pukul satu pagi selesailah sudah diskusi dan perencanaan program-programnya.
Tidur pulas, berselimut kain sepotong, beralaskan terpal, bantal yang hanya
dari tas. Damai, nyaman, tenang, sunyi, tak terdengar bunyian seperti biasanya
di kota, seperti motor balapan, music yang keras dan lainnya. Tempat itu memang
agak jauh dari perkampungan sehingga suasana benar-benar tenang.
Bangun……bangun….. panggil seorang teman
membangunkan teman lainnya, ketika pagi datang. Karena ketertarikan pada
indahnya pemandangan saat matahari terbit, setelah bangun kami berpose bersama.
Memang betul-betul menyenangkan bangun dengan keadaan muka yang serba masih ngantuk
karena mete tadi malam, langsung berhadapan dengan api yang sudah ada.
Pukul 06:00 kabut mengelilingi kami, hampir dari
segala penjuru tidak bisa terlihat. Aneh tapi nyata, kabut bisa ada di kupang
yang begitu panas, dan merasakannya langsung menjadi sebuah pengalaman yang
menarik.
Berpose bersama menikmati indahnya alam, sambil
menyiapkan hidangan pagi itu. Tidak berbeda menu yang disiapkan hanya dari nasi
puti, ikan goreng campur tomat, mie pengganti sayur. Tepat pukul 08:30 semuanya
siap untuk dihidangkan, sambil menikmati hidangan. Setelah selesai kami harus
berkemas untuk siap pulang, jalan meninggalkan tempat itu. Waktu menunjukan
pukul 09:00, semuanya siap untuk berangkat pulang. Namun sebelum pulang kami
bersama berdiri membentuk lingkaran merenung kembali tapak demi tapak
perjalanan, segala aktivitas yang barusan kami lewati bersama, segala doa dan
ucapan sebagai tanda terimakasih terus kami lontarkan terutama pada Yang Maha
Pencipta yang telah menciptakan begitu sempurna, begitu indah segala apa yang
ada di muka bumi ini.
Melangkah dengan pelan, penuh semangat membawa segala
pengalaman manarik menjadi kenangan tersendiri buat kami yang telah menyelesaikan
segala keinginan. Perjalanan pulang hingga sampai di rumah kami masing-masing,
seperti biasanya melawati hutan belantara yang begitu elok dipandang, akhirnya
tibalah pada rumah kami masing-masing sekitar pukul 10:30. Bus yang sama kami
tumpangi, melewati jalur arah Baomata menuju rumah kami. Semangat yang dibawah
begitu besar, ada banyak pengalaman yang menarik, karena harus berkumpul dengan
delapan orang yang berwatak, berbudaya berbeda-beda. Pengalaman pun beda, dan
masing baynak lainnya.
Apakah Cuma itu…..???
Pesan yang dibawakan begitu banyak, intinya buat
semua makluk yang ada dibumi ini teruslah berusaha mencintai segalah bentuk
kehidupan, sayangilah sesamamu, hormatilah alam, karena sesungguhnya kita tidak
bisa hidup terlepas dari alam itu sendiri.
Mari semua
Maju bersama
Tolak segala
vandalisme
Alam tercita
KERAMAIAN DI TEDIS DISAPU HUJAN SESAAT
KERAMAIAN DI TEDIS
DISAPU HUJAN SESAAT
Jum,ad (14/05), Tedis, sebuah
tempat rekreasi bagi sebagian masyarakat kota
Kupang, kini terlihat sepi. Beberapa penjual jagung bakar, duduk di bawah tenda
mini memandang barang jualannya yang belum laku terjual. Hal ini karena hujan
yang terus mengguyuri tempat itu.
Sekitar pukul 17:12 WITA, tempat yang awalnya
terlihat sangat ramai dengan banyaknya pengunjung, tiba – tiba kembali sepi. Ketika
diamati surat
kabar ini, hanya beberapa penjual jalanan yang setia menunggu datangnya
pembeli, yang merupakan konsekuensi dari hujan yang semakin deras. Banyak
ditemukan pengunjung yang bersandar di pinggiran pertokoan, berteduh sambil
menunggu berhentinya hujan.
Hasil wawancara surat kabar ini, Seno seorang pengunjung
mengatakan bahwa semakin sepinya tempat ini, terlihat saat hujan mulai turun. Secara
perlahan orang meninggalkan tempat ini. Hal ini mengakibatkan penjual jagung
bakar kecewa, karena barang jualannya banyak yang belum laku terjual. Hal yang
sama disampaikan oleh Ibu Siti – penjual jagung bakar. Ia mengatakan sangat
rugi kalo setiap sore harus hujan, karena jagung bakarnya tidak habis terjual. “katong
mau hidup dari mana, kalau setiap kali katong pu barang jualan tidak bisa
terjual abis” ujarnya.
FISIP UNWIRA KUPANG GELAR KULIAH UMUM
FISIP UNWIRA KUPANG GELAR KULIAH UMUM
Oleh : PiusApenobe
Jumad
(30/04), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik - Universitas Katolik Widya
Mandira Kupang, gelar kuliah umum, dengan pembicara wakil pemred Kompas – Bapak
Trias Kuncahwono, di aula Fisip Unwira Kupang.
Sekitar
empat ratus mahasiswa dari tiga jurusan, beberapa dosen, hadir pula Rektor
Unwira – Bapak Pater Dr. Yulis Yasinyo, SVD. Perkuliahan baru dimulai sekitar
pukul 10:00 WIT.
Sesuai
tema, “filosofi pengelolaan Surat Kabar”, Trias awalnya sangat berterimakasih
pada seluruh warga masyarakat NTT, karena begitu banyak masyarakat telah
menerima dengan baik, kehadiran kompas. Menjelang ulang tahun kompas ke 45 – 8
juni yang akan datang, kompas sedang mencari karyawan tambahan, sekitar dua
belas orang. Namun untuk menjadi wartawan kompas itu tidak mudah, karena harus
benar-benar mendalami filosofinya kompas, yakni “humanisme transendental”,
tambahnya. Trias mengawali dengan sejarah kompas. Kompas yang diberi nama oleh
mantan Presiden Soekarno, yang berarti menuju arah. Bagaimana mengemas
informasi, menyuarakan bagi yang tidak bisa bersuara. Sehingga kompas selalu menginformasikan,
segala yang berkaitan dengan manusia, tegasnya.
Hal
serupa disampaikan oleh Manager SDM-Kompas, Mas Didit. Didit mengatakan, kompas
adalah institusi yang dapat memberikan pencerahan yang harmonis. Dan juga hal-hal
yang membuat kompas dapat bertahan sampai sekarang, adalah : Kepedulian, dimana
adanya perfomance karya, yang dilakukan enam bulan sekali. Punya intensitas, yang
berawal dari kejujuran. Kompoten atau profesional, tidak membedakan jabatan,
misalnya uang makan Rp.17 500/orang (mulai dari pemred sampai ofice boy). Kerja
sama, dimana adanya kerja sama yang baik antara semua, baik karyawan sampai
pemred. Dan yang terpenting adalah pelayanan yang memuaskan bagi konsumen,
tambahnya. Didit menambahkan, mengenai syarat-syarat menjadi wartawan kompas. Diantaranya
pengetahuan, perilaku-yang merupakan syarat yang paling utama, dan
skill/ketrampilan-mulai dari penguasaan bahasa,komputer, dan internet.tambahnya.
Dari
penjelasan baik Trias maupun Didit, muncul pertanyaan dari beberapa mahasiswa. Kebanyakan
menanyakan menganai perbedaan kompas dengan surat kabar lain, dan juga bukti nyata kompas
menyuarakan bagi yang tidak bisa bersuara. Trias mengatakan bahwa, sudah
terlalu banyak Koran yang jatuh pailit, karena tidak menghargai etensitas waktu
dengan baik. Kemudian hal yang membedakan kompas dengan surat kabar lain adalah, kompas tidak
memberitan hal – hal yang bersifat sebentar, tetapi lebih pada tingkat
pencerahan bagi yang membecanya. Tegasnya.
PUISI : RUMAHKU CITA-CITAKU
PUISI
Pius Apenobe
RUMAHKU CITA-CITAKU
Tapak demi tapak kau
lalui
Apapun tiraninya kau hadapi
Lahirmu dengan segalah
kekurangan
Berdiri megah kau dihari
ini………..
Tetaplah berdiri melaju
kedepan
Menerobos tembok kebutahurufan
Mencapai tingginya gunung
kesuksesan….
Inginku….. dihari ultamu
ini……..
Kau rumahku…….
Kau guruku……..
Kau pembawa
cita-citaku…….
Teruslah bergumam
Bernyanyi dalam alunan nada-nada
pengetahuan
Menciptakan kultur
ilmuwan yang kian membudaya….
Tegores dalam sebuah
puisi singkat
Lukisan kekagumanku
padamu
Meyapamu dihari ultamu
yang ke dua puluh lima
ini
Buatmu Fisip Unwira
Semoga…..
LEMBATA HARUS MENCARI PEMIMPIN BARU
LEMBATA HARUS MENCARI PEMIMPIN BARU
(Dalam benak seorang mahasiswa asal lembata)
OLEH
PIUS APENOBE
8 april 2010
Sepenggal argumen singkat mengenai masalah
pemberlakuan komunikasi politik dalam konteks ilmu politik adalah semakin sulit
di terapkannya komunikasi politik itu dengan baik. Apakah disebabkan oleh
pemberian arti yang terlalu luas sehingga malah akan mengaburkan artinya? Bisa
saja seperti itu. Lembata, sebuah kabupaten yang baru otonomi sepuluh tahun
silam, menjadi contoh pemberlakuan komunikasi politik oleh penguasa/pemimpin
yang di nilai sangat tidak benar. Kesalahan pemimpin dalam memberlakukan
komunikasi politik itu sendiri menjadikannya tersohor di berbagai media. Konsep
komunikasi politik yang tumpang tindih seperti itu sangat tidak wajar untuk
seorang pemimpin.
Masalah di atas terlihat dalam ciri komunikasi politik
dimana adanya arus komunikasi politik dua arah yakni dari penguasa
politik/pemerintah ke rakyat, dan dari rakyat ke penguasa politik/pemerintah.
Istilah kontrol save and kontrol delete to recycle bin, yang
selalu digunakan oleh penguasa atas aspirasi rakyat. Hal ini sangat jelas
digunakan oleh penguasa politik/pemerintah lembata. Banyak intelektual yang
menilainya sebagai pemimpin kapitalis, pemimpin yang otoriter, namun
penampilannya seolah – olah tidak mengetahui pujian bernoda tersebut.
Maksudnya semua aspirasi dari rakyat selalu tidak di
hiraukan, semuanya di tekan dengan gaya kapitalisnya itu. Masyarakat hanyalah
bakteri yang hidup dalam sampah kekuasaannya.
Gaya ORBA ini jelas tidak pernah hilang selagi lembata
di pimpinnya. Menjadi contoh konkret pemberlakuan PERDA no 12 tahun 2003 ada
item yang berbunyi tentang dilarang membangun jenis bangunan di jalur hijau.
LOPO miliknya dan JOBER (joing bersama), pertanyaan : kenapa sampai
di bangun di situ?. Masalah komunikasi politik di kaitkan dengan pengambilan
keputusan otoriter atas tambang emas yang akan di lakukan di lembata olehnya
menjadi bukti keotoriterannya itu. Proses sosialisasi politik yang merupakan
transmisi nilai – nilai politik sendiri tidak dilakukannya. Masalah
ketidakpercayaan dari masyarakat terhadapnya sudah diangkat menjadi bahan
diskusi oleh berbagai kalangan organisasi baik organisasi lokal maupun
nasional. Hal ini sudah terbukti lewat kritikan dari ASPAL (kumpulan organisasi
local asal lembata)melalui media surat kabar. Namun tanggapan baliknya di nilai
sangat kekanak – kanakan.
Kesimpulannya bahwa apa yang di harapkan dari seorang
pemimpin seperti itu? Tuntutan harus banyak dari berbagai kalangan masyarakat
atas tindakan yang sudah di luar jalur kewajaran. Hanya satu cara yang di
harapkan dari masyarakat lembata yakni adanya tindakan perubahan dari kaum
intelektual.
Penulis
Pius Apenobe
Langganan:
Postingan (Atom)